Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khairunnisa Al-Araf

Waduh! BPOM Temukan Menu Takjil Mengandung Pewarna Tekstil, Begini Dampaknya bagi Kesehatan

Info Sehat | 2025-03-13 12:35:12
Kepala BPOM Taruna Ikrar melakukan sidang makanan takjil Ramadhan. (dok. BPOM)

Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) kembali melakukan pengawasan terhadap penjualan takjil atau makanan berbuka puasa yang marak dijajakan selama bulan Ramadhan.

Dari hasil sidak yang dilakukan sejak 24 Februari hingga 26 Maret 2025, ditemukan sejumlah wilayah dengan catatan penjualan takjil mengandung bahan pewarna tekstil, seperti rodamin B.

Selain mengawasi takjil, BPOM juga melakukan pemeriksaan terhadap pangan kemasan yang beredar di pasaran. Hal ini mencakup pengecekan izin edar, kualitas kemasan, hingga masa kedaluwarsa produk guna memastikan tidak ada produk ilegal yang membahayakan kesehatan masyarakat.

BPOM melakukan sampling di 127 lokasi dengan total 592 pedagang yang diperiksa. Dari total 1.221 sampel makanan yang diuji, sebanyak 91 persen atau 1.193 sampel dinyatakan aman. Namun, 28 sampel atau 2,29 persen lainnya mengandung bahan berbahaya yang tidak memenuhi standar keamanan pangan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa beberapa makanan yang ditemukan mengandung zat berbahaya antara lain tahu dan mi basah yang mengandung formalin, kerupuk dan mi dengan boraks, serta bubur pacar cina dan kerupuk merah yang tercemar rodamin B. Temuan ini tersebar di berbagai daerah, termasuk Tangerang, Palembang, Jakarta Timur, Lombok Tengah, dan Payakumbuh.

Pewarna tekstil seperti rodamin B sering kali digunakan untuk memberikan warna merah mencolok pada makanan. Sayangnya, bahan ini seharusnya tidak digunakan dalam makanan karena bersifat toksik dan bisa memicu berbagai gangguan kesehatan jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna tekstil dapat menimbulkan efek samping jangka pendek seperti mual, muntah, sakit kepala, dan reaksi alergi. Dalam beberapa kasus, zat ini juga dapat menyebabkan iritasi pada sistem pencernaan.

Dalam jangka panjang, paparan rodamin B berisiko menyebabkan gangguan pada hati dan ginjal. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa zat ini memiliki sifat karsinogenik, yang berarti dapat memicu perkembangan sel kanker dalam tubuh.

Tidak hanya rodamin B, zat berbahaya lain seperti boraks dan formalin juga memiliki dampak yang mengkhawatirkan. Boraks sering digunakan sebagai pengenyal dalam mi dan kerupuk, padahal zat ini bisa menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan ginjal.

Sementara itu, formalin yang sering ditemukan dalam tahu dan mi basah berfungsi sebagai pengawet yang seharusnya tidak dikonsumsi. Paparan formalin dalam makanan dapat menyebabkan gangguan pernapasan, masalah pencernaan, hingga risiko kanker dalam jangka panjang.

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Muhammadiyah Makassar, mengonsumsi zat pewarna berbahaya dalam makanan jajanan berkontribusi terhadap penurunan kualitas kesehatan masyarakat. Sayangnya, masih banyak pedagang yang menggunakan bahan ini demi keuntungan tanpa memperhatikan dampaknya.

Produsen makanan yang tidak bertanggung jawab sering kali memilih pewarna sintetis seperti rodamin B karena harganya lebih murah dibandingkan pewarna makanan yang aman. Akibatnya, konsumen yang tidak waspada berisiko mengonsumsi makanan yang dapat membahayakan tubuh mereka.

BPOM mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan, terutama takjil yang dibeli di pasar atau pedagang kaki lima. Salah satu cara untuk menghindari makanan berbahaya adalah dengan memperhatikan warna yang terlalu mencolok dan tidak alami.

Selain itu, konsumen juga disarankan untuk lebih sering memasak takjil sendiri di rumah agar dapat memastikan bahan-bahan yang digunakan benar-benar aman dan berkualitas. Memilih produk dengan label BPOM juga menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan keluarga.

Jika menemukan indikasi adanya makanan yang mengandung zat berbahaya, masyarakat diimbau untuk segera melaporkan kepada BPOM atau instansi terkait agar dapat ditindaklanjuti.

Karena kesadaran konsumen dalam memilih makanan yang aman menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko paparan zat berbahaya. Dengan lebih selektif dalam memilih takjil, masyarakat bisa tetap menikmati hidangan berbuka puasa yang sehat dan aman.

Terlebih takjil merupakan bagian penting dari tradisi berbuka puasa, tetapi keamanannya harus tetap menjadi prioritas. Dengan mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya dan memilih alternatif yang lebih sehat, kita dapat menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga.

Semoga dengan adanya pengawasan ketat dari BPOM serta kesadaran masyarakat yang meningkat, kasus makanan takjil yang mengandung pewarna tekstil dan zat berbahaya lainnya dapat berkurang. Mari lebih bijak dalam memilih makanan untuk kesehatan yang lebih baik! (AL)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image